Senin, Januari 24, 2011

MAULANA HASANUDDIN | Sultan Banten I (1552 - 1570)

Dalam usaha penyebaran agama Islam di Banten, Pangeran Hasanuddin berkeliling dari satu daerah ke daerah lain. Terkadang di Gunung Pulosari, Gunung Karang atau Gunung Lor, bahkan sampai ke Pulau Panaitan di Ujung Kulon.(Djayadiningrat,1983:34). Berangsur-angsur penduduk Banten Utara memeluk agama Islam (Roeslan,1954:10).
Peraturan Raja Pajajaran yang membatasi masuknya pedagang-pedagang Islam ke Banten dan ditandatanganinya perjanjian dengan Portugis, membuat marah penduduk yang beragama Islam. Maka dengan kepemimpinan Sultan Hasanuddin, mereka melakukan perlawanan yang dibantu oleh pasukan gabungan dari Demak dan Cirebon. Dan akhirnya Pangeran Hasanuddin dapat menguasai Kadipaten Banten seluruhnya. Atas penunjukan Sultan Demak, Pangeran Hasanuddin menjadi bupati Kadipaten Banten pada tahun 1526.
Semakin besar dan majunya daerah Banten, maka pada tahun 1552 Kadipaten Banten dirubah menjadi negara bagian Demak dengan Pangeran Hasanuddin sebagai Sultannya. Pada masa pemerintahannya selama 18 tahun (1552 - 1570), Pangeran Hasanuddin banyak melakukan kemajuan untuk negaranya.(Djayadiningrat,1983:151). Daerah kekuasaan Banten meliputi seluruh daerah Banten, Jayakarta, Krawang, Lampung dan Bengkulu (Hamka,1976:181).
Seluruh kota dibentengi dengan potongan-potongan kayu besar yang kuat (Amabary,1977:447) yang kemudian dirubah dengan tembok tebal dari batu karang yang dilengkapi meriam-meriam di setiap sudutnya (Chrijs,1881:13-23). Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan kota baik dari darat maupun dari laut. Demikian juga di sekeliling istana dibuat perbentengan yang terbuat dari batu bata setebal tujuh telapak tangan (Djayadiningrat,1983:145).
Bekerja sama dengan Fatahillah, dan dibentuknya pasukan pertahanan yang kuat dan besar (Ekajati,1984:50) sehingga pada penyerangan Demak ke Pasuruan, Banten mengirimkan 7000 tentara kerajaan lengkap dengan persenjataan (Djayadiningrat,1983:84). Demikian pula dalam bidang ekonomi dan politik.
Pemindahan pusat pemerintahan dari pedalaman ke pesisir, sangatlah menguntungkan baik dalam bidang ekonomi maupun politik. Situasi ini berkaitan dengan keadaan politik di Asia Tenggara. Malaka sudah jatuh ke tangan Portugis, dan menyebabkan para pedagang Muslim enggan singgah. Mereka memilih mencari pelabuhan yang dikuasai Islam. Sehingga dapat digambarkan betapa ramainya pelabuhan pada waktu itu. (Halwany,1984:4).
Pedagang-pedagang yang singgah diantaranya dari Arab, Parsi, Gujarat, Birma, Cina, dan negara-negara lainnya yang datang secara berkala. Untuk menggambarkan ramainya perdagangan pada waktu itu diceritakan sebagai berikut : "Di Banten ada 3 pasar yang dibuka setiap hari.
1. Pasar terbesar terletak di sebelah timur kota (Karangantu). Disana banyak ditemukan pedagang dari Portugis, Arab, Turki, Cina, Quilon (India), Pegu (Birma), Melayu, Benggala, Malabar, Abesinia, dan dari seluruh Nusantara. Mereka berdagang sampai jam sembilan pagi. 2. Terletak di alun-alun dekat Masjid Agung. Pasar ini buka sampai tengah hari bahkan sore hari. Disana diperdagangkan merica, buah-buahan, senjata, kain, binatang peliharaan, sayuran, perhiasan emas, rempah-rempah, dan obat-obatan.
3. Terletak di daerah Pecinan yang buka setiap hari sampai malam."(Chrijs,1881:53-56).
Banten juga menjadi surat penyebaran agama Islam. Banyak orang-orang yang datang dari luar daerah sengaja untuk belajar, sehingga tumbuhlah beberapa perguruan Islam, seperti di Kasunyatan. Di tempat ini berdiri Masjid Kasunyatan yang umurnya lebih tua dari Masjid Agung.(Ismail.1983:35). Disini pulalah tempat tinggal dan mengajar Kiyai Dukuh yang bergelar Pangeran Kasunyatan guru Pangeran Yusuf.(Djayadiningrat,1983:163). Di samping membangun Masjid Agung di alun-alun, juga diperbaikinya Masjid di Pecinan dan Karangantu.(Ambary,1978:1 dan Halwany,1984:5).
Dari pernikahannya pada tahun 1526 dengan putri Sultan Trenggono yang bernama Pangeran Ratu (Ratu Ayu Kirana), Sultan Hasanuddin dikaruniai anak :
1. Ratu Pembayun
2. Pangeran Yusuf
3. Pangeran Arya
4. Pangeran Sunyararas
5. Pangeran Pajajaran
6. Pangeran Pringgalaya
7. Ratu Agung atau Ratu Kumadaragi
8. Pangeran Maulana Magrib
9. Ratu Ayu Arsanengah
Sedang dari istri yang lainnya lahirlah :
1. Pangeran Wahas
2. Pangeran Lor
3. Ratu Rara
4. Ratu Keben
5. Ratu Terpenter
6. Ratu Wetan
7. Ratu Biru

Ratu Pembayun kemudian menikah dengan Ratu Bagus Angke putra Ki Mas Wisesa Adimarta yang selanjutnya mereka tinggal di Angke daerah Jayakarta.(Djayadiningrat,1983:128).
Sultan Hasanuddin wafat pada tahun 1570 yang kemudian dikubur di samping Masjid Agung. Sebagai penggantinya dinobatkanlah kepada Pangeran Yusuf menjadi Sultan Banten ke II.


*)Sumber : Catatan Masalalu Banten | Drs. Halwany Michrob MSc. dan Drs. A. Mudjahid Chudari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar