Kamis, Maret 03, 2011

Pertengkaran Hebat

Karena kurangnya perhatian Mangkubumi atas kekacauan yang terjadi dan peraturan-peraturan yang tidak sejalan dengan para pangeran-pangeran yang berkuasa, maka terjadilah pertentangan antar pangeran yang berlangsung lama dan berkepanjangan.
Sehingga pada Bulan Oktober 1604 terjadilah pertengkaran hebat. Peristiwa ini bermula dari tindakan Pangeran Mandalika (putra dari Maulana Yusuf) menyita sebuah Jung dari Johor. Patih Mangkubumi memerintahkan supaya pangeran Mandalika melepaskannya, tetapi perintah itu tidak dipatuhi oleh pangeran Mandalika. Karena takut pasukan kerajaan diperintah untuk menangkapnya, pangeran Mandalika bergabung dengan pangeran-pangeran lainnya. Mereka membuat kubu pertahanan sendiri di luar kota. Makin lama kekuatan dan jumlah mereka pun semakin banyak dan kuat, sehingga sangat mengkhawatirkan pemangku kuasa. Terlebih banyaknya rakyat yang simpati dengan tindakan mereka.
Pada bulan Juli 1605 datanglah Pangeran Jayakarta ke Banten untuk menghadiri perayaan khitanan Sultan Muda. Rombongan dari Jayakarta ini terdiri dari beberapa pembesar negeri dengan pasukan yang kuat.
Kehadiran Pangeran Jayakarta dengan pasukannya ini diminta oleh Mangkubumi supaya ikut membantu menumpas para pemberontak. Pangeran Jayakarta pun bersedia atas permintaan Mangkubumi tersebut. Dengan bantuan orang Inggris, pasukan Pangeran Jayakarta memulai penyerangan. Orang Inggris menembaki dari kejauhan, sedangkan pasukan Pangeran Jayakarta menerobos langsung ke kuat pemberontak. Akibat pertempuran itu, akhirnya pasukan pemberontak pun dapat dipukul mundur dan kemudian diadakan perjanjian damai. Pemimpin-pemimpin pemberontak beserta pasukannya diharuskan meninggalkan Banten dalam waktu selambat-lambatnya 6 hari dan hanya diikuti oleh 30 orang anggota keluarganya. (DJAJADININGRAT,1983: 171-172).
Diusirnya biang kerusuhan ini, keadaan Banten tidaklah makin membaik, bahkan sebaliknya suasana semakin tegang. Puncak kerusuhan terjadi pada bulan Juli 1608. Pertentangan sudah demikian hebatnya, masing-masing kelompok berusaha mempersenjatai diri. Perniagaan Banten terhenti karena masing-masing pangeran berusaha memperoleh dana untuk persenjataan dengan segala cara, diantaranya dengan merampok pedagang asing atau lokal.
Pada tanggal 23 Agustus 1608, Syahbandar dan sekretarisnya dibunuh oleh perusuh. Tidak lama kemudian pada tanggal 23 Oktober 1608, Patih Mangkubumi dibunuhnya pula. Peristiwa inilah yang mempercepat terjadinya kerusuhan besar di Banten yang dikenal dengan peristiwa Pailir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar