Artikel Unggulan

Lokasi Sakral Galuh Kertabumi yang Menyimpan Jejak Leluhur

                                            Punden Berundak Kertabumi

Gunung Susuru adalah sebuah bukit yang memiliki banyak cerita dan keyakinan religius di selatan Kabupaten Ciamis, tepatnya di Dusun Bundar, Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing. Bukit ini diapit oleh dua sungai besar, Sungai Cimuntur dan Sungai Cileueur, yang membuatnya menjadi tempat yang misterius dan strategis.

Masyarakat lokal menganggap Gunung Susuru sebagai situs suci dari masa Galuh Awal, ketika masyarakat Sunda mulai berkembang di timur Ciamis.

Peninggalan sejarah Gunung Susuru masih dapat dilihat. Di puncaknya terdapat punden berundak, sebuah struktur batu bertingkat yang menjadi ciri khas situs prasejarah Nusantara.

Selain itu, di lerengnya terdapat gua-gua buatan (artificial caves) yang dibuat di batu tebing dengan kemiringan sekitar 75°. Fosil tembikar, manik-manik, dan gigi manusia dan hewan pernah ditemukan di dalamnya. Hasil menunjukkan bahwa Gunung Susuru telah menjadi tempat aktivitas manusia sejak zaman kuno, baik sebagai tempat tinggal maupun pusat ritual.

Gunung Susuru memiliki makna spiritual yang signifikan bagi komunitas yang terus mempertahankan prinsip Sunda Wiwitan dan adat Galuh.
Sebagian orang percaya bahwa nama "Susuru" berasal dari tumbuhan berduri sejenis kaktus yang dahulunya banyak tumbuh di daerah ini. Tumbuhan berduri melambangkan daya hidup dan keteguhan.
Menurut orang lokal, leluhur Galuh bertapa di Gunung Susuru untuk mendapatkan kekuatan batin atau wahyu sebelum memimpin kerajaan mereka.
Dipercaya bahwa Susuru, bersama Kawasen dan Geger Bentang, merupakan poros spiritual Galuh Awal, yang menunjukkan keseimbangan antara kekuatan duniawi, kekuatan gaib, dan pencerahan batin.

Upacara Adat Merlawu adalah salah satu tradisi penting Gunung Susuru yang masih hidup. Ritual ini dilakukan sebagai cara untuk menghormati nenek moyang dan penjaga magis Gunung Susuru.
Sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka kepada alam dan roh penjaga, orang biasanya melakukan ziarah, doa, dan sesajen sederhana.
Merlawu adalah warisan spiritual Galuh yang mengingatkan manusia pada keseimbangan antara dunia luar dan dalam, kekuasaan dan kebijaksanaan. Bukan sekadar upacara.

Menurut cerita rakyat Kertabumi, Gunung Susuru dikaitkan dengan Kerajaan Galuh Kertabumi, yang dikatakan dipimpin oleh Prabu Dimuntur.
Kaitan antara Susuru dan Galuh mendukung gagasan bahwa daerah ini merupakan bagian penting dari mandala Galuh Awal, yang merupakan cikal bakal kerajaan Sunda yang lebih besar. Ini terjadi meskipun ada sedikit bukti sejarah tertulis mengenai kerajaan ini.
Gunung Susuru dianggap sebagai titik penyucian atau "pangralatan" secara kosmologis, tempat manusia dan roh berkumpul dalam harmoni spiritual.

Sayangnya, keadaan saat ini di lokasi Gunung Susuru sangat memprihatinkan.
Beberapa struktur batu telah ditutup oleh semak, dan mencapai puncak masih sulit. Meskipun pendataan dan pemugaran telah dimulai oleh pemerintah daerah dan komunitas budaya, dukungan masyarakat luas masih diperlukan.
Menjaga Gunung Susuru tidak hanya menjaga batu dan tanahnya, tetapi juga menjaga identitas dan kepercayaan Sunda Galuh.

Gunung Susuru adalah lebih dari sekedar tempat tua di perbukitan Cijeungjing. Ia adalah prasasti alam, saksi bisu tentang bagaimana orang Sunda menyatu dengan alam dan leluhur mereka di masa lalu.
Roh Galuh Awal masih bersemayam di tempat ini, menjaga keseimbangan antara kehidupan sekarang dan sebelumnya.