Diposting oleh
Gapura sunda by h.herlliana
pada tanggal
Candi di Pamarican
Candi Ronggeng
kerajaan Galuh
Peninggalan Sejarah Sunda
Situs Arkeologi
Sunda Galuh
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sampurasun: Arti, Pengertian, dan Mengapa Kini Dianggap Tabu
Apa itu Sampurasun?
Masyarakat Sunda dikenal memiliki banyak ungkapan yang memiliki makna dalam, yang dilestarikan dari generasi ke generasi. Salah satu contohnya adalah “Sampurasun”, sebuah salam tradisional yang dulu sering digunakan dalam berbagai interaksi sehari-hari. Namun, kini kata ini mulai langka didengar, bahkan ada kalangan yang menganggapnya tidak pantas lagi digunakan. Lalu, apa makna sebenarnya dari “Sampurasun” dan kenapa maknanya bisa berubah?
---
Arti dan Pengertian Sampurasun
Secara etimologi, kata “Sampurasun” berasal dari bahasa Sunda klasik.
Kata ini terdiri dari dua bagian: “Sampurna” yang mengandung makna sempurna, baik, atau utuh. Dan “IngSun” yang berarti saya atau pribadi seseorang.
Dengan demikian, “Sampurasun” bisa diartikan sebagai “kebaikan atau kesempurnaan bagi diri saya dan Anda” atau “semoga kita semua dalam keadaan baik dan sempurna”.
Salam ini sebenarnya juga merupakan bentuk doa dan penghormatan yang mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal.
Dalam budaya Sunda, “Sampurasun” sering digunakan sebagai salam pembuka ketika bertemu seseorang, sama seperti “Assalamualaikum” dalam Islam atau “Selamat pagi” dalam bahasa Indonesia.
Jawabannya biasanya adalah “Rampes”, yang berarti doa tersebut diterima dengan tulus.
---
Mengapa Sampurasun Dianggap Tabu?
Dalam waktu yang berlalu, penggunaan “Sampurasun” semakin berkurang.
Ada beberapa alasan mengapa kata ini dianggap tabu oleh sebagian masyarakat:
1. Pengaruh Agama
Setelah agama Islam semakin mantap di wilayah Sunda, salam islami “Assalamualaikum” menjadi lebih umum digunakan.
Dari perspektif keagamaan, ada yang menganggap “Sampurasun” tidak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga mulai ditinggalkan.
2. Perubahan Sosial dan Modernisasi
Generasi muda sekarang lebih terbiasa dengan bahasa Indonesia atau salam universal.
Mereka menganggap “Sampurasun” terkesan kuno dan tidak relevan dengan kehidupan modern.
3. Isu dan Kontroversi
Beberapa waktu lalu, muncul isu bahwa istilah ini dipolitisasi atau digunakan dalam konteks yang dianggap melanggar agama tertentu.
Akibatnya, sebagian kalangan jadi menghindari penggunaan kata ini.
4. Stigma Tabu
Dari faktor-faktor di atas, muncul persepsi bahwa “Sampurasun” tabu atau tidak layak digunakan.
Padahal, sebenarnya, kata ini hanyalah salam budaya yang bernilai baik dan penuh makna.
---
Menghidupkan Kembali Nilai Budaya
Meskipun dianggap tabu, banyak budayawan Sunda menekankan bahwa “Sampurasun” tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan.
Justru, kata ini mengandung kearifan lokal yang perlu dijaga sebagai bagian dari identitas budaya. Sama seperti salam tradisional di berbagai wilayah Nusantara, “Sampurasun” bisa tetap hidup bersamaan dengan salam keagamaan, bukan untuk menggantikannya.
Melestarikan “Sampurasun” berarti menjaga jati diri masyarakat Sunda agar tidak jauh dari akar tradisinya.
Salam ini bukan sekadar kata-kata, tetapi juga simbol penghormatan, doa, dan persaudaraan.
---
Penutup
Sampurasun adalah salam penuh makna dari masyarakat Sunda yang berarti doa kesempurnaan dan kebaikan bagi semua. Meski kini jarang digunakan dan bahkan dianggap tabu oleh sebagian orang, makna sejati dari kata ini tetaplah luhur. Menghormati tradisi sambil menghargai keyakinan agama adalah jalan terbaik agar nilai budaya tetap lestari tanpa menimbulkan perpecahan.
Dengan begitu, setiap kali kata “Sampurasun” terucap, semestinya kita mengingat bahwa ia adalah warisan luhur leluhur Sunda yang penuh doa dan persaudaraan.