Perilaku seksual terus
berubah dari waktu ke waktu
seperti oral seks yang marak
dilakukan saat ini. Tapi waspadalah,
sebab dari hasil penelitian oral seks
bisa memicu kanker tonsil dan
pangkal lidah.
Meningkatnya kasus kanker akibat
oral seks ini dipicu oleh infeksi
human papillomavirus (HPV) yang
bisa ditularkan melalui berbagai
jenis aktivitas seksual.
"Semakin banyak yang melakukan
oral seks telah terkait dengan
peningkatan infeksi HPV," ujar Dr
Greg Hartig, kepala bedah THT dari
University of Wisconsin School of
Medicine and Public Health di
Madison, seperti dikutip dari
Foxnews, Kamis (27/1/2011).
Penelitian yang dilakukan Dr
William Lydiatt, profesor dan
kepala bedah onkologi di University
of Nebraska Medical Center, Omaha
menemukan sekitar 60-70 persen
kasus kanker tonsil berhubungan
dengan positif HPV.
Sementara studi yang
dipublikasikan New England Journal
of Medicine tahun 2007
menemukan bahwa orang-orang
muda yang terkena kanker tonsil
dan pangkal lidah dengan hasil tes
positif HPV kebanyakan karena
melakukan oral seks terhadap
pasangannya.
Orang yang melakukan 6 kali atau
lebih oral seks dengan
pasangannya memiliki risiko 3,4
kali lebih tinggi terkena kanker
orofaringeal (kanker pangkal lidah,
belakang tenggorokan atau tonsil).
Risiko ini akan meningkat jika ia
sering bergonta ganti pasangan.
Peneliti juga melaporkan sejak
1973, penderita kanker tonsil dan
pangkal lidah meningkat setiap
tahunnya. Meluasnya praktik oral
seks dikalangan remaja menjadi
faktor yang turut berkontribusi
dalam peningkatan jumlah
penderita kanker tersebut.
Orang yang terkena virus HPV
memiliki lokasi yang spesifik
tergantung pada bagian tubuh
mana yang pertama kali masuk ke
dalam tubuh. Jika masuk melalui
vagina maka umumnya
menyebabkan kanker leher rahim
tapi jika di mulut akan
menyebabkan kanker di daerah
mulut dan tenggorokan.
"Praktik seksual orang-orang telah
berubah dari waktu ke waktu. Saya
tidak tahu kenapa mereka lebih
memilih melakukan oral seks
dibandingkan dengan aktivitas
seksual lainnya," ungkap Hartig.
*)Sumber : http://detik.com
Vera Farah Bararah : detikHealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar