Selasa, Februari 08, 2011

Penyakit yang Bisa Disembuhkan Sendiri oleh Tubuh

Tidak semua
penyakit butuh obat, sebab tubuh
punya mekanisme alami untuk
menyembuhkan beberapa jenis
penyakit. Agar tidak terjebak dalam
konsumsi obat yang berlebihan
dan tidak rasional, kenali penyakit-
penyakit yang bisa sembuh sendiri.
Hampir semua jenis penyakit
yang sifatnya akut (berlangsung
singkat, tidak menahun)
merupakan self limiting disease
artau penyakit yang akan sembuh
dengan sendirinya. Beberapa di
antaranya dipicu oleh gangguan
pada mekanisme alami tubuh
manusia, namun sebagain besar
disebabkan oleh virus.
Berbeda dengan infeksi bakteri,
infeksi virus tidak bisa diobati
dengan antibiotik. Dikutip dari
chestofbooks, Senin (7/1/2011),
infeksi virus akan sembuh dengan
sendirinya karena sistem kekebalan
tubuh akan membentuk
perlawanan untuk membunuh dan
menyingkirkan virus-virus
tersebut.
Berikut ini adalah beberapa jenis
penyakit yang termasuk self
limiting disease dan tidak
membutuhkan obat khusus selain
untuk mengatasi gejala yang
menyertainya.
1. Cacar air
Penyakit yang lebih sering
menyerang anak kecil ini dipicu
oleh infeksi virus varicella-zoster.
Gejala cacar air atau chickenpox
antara lain gatal-gatal, bentol
kemerahan di sekujur tubuh dan
disertai demam tinggi.
Meski pada anak sehat bisa
sembuh dengan sendirinya, cacar
air bisa juga menyebabkan
komplikasi yang mematikan.
Diperkirakan dalam setahun ada
sekitar 100 orang tewas dan lebih
dari 14.000 orang masuk rumah
sakit karena komplikasi cacar yang
meliputi asma, pneumonia serta
dehidrasi akibat mual-muntah dan
diare.
Meski tetap diberi antivirus,
pengobatan untuk penyakit ini lebih
banyak ditujukan untuk mengatasi
gejala dan mencegah infeksi
penyerta. Misalnya penurun panas
untuk mengatasi demam, kalamin
untuk mengurangi gatal dan
antiseptik untuk mandi atau
membersihkan tubuh.
2. Flu dan pilek
Common cold atau pilek ditularkan
oleh virus influenza, bukan oleh
bakteri seperti yang diduga oleh
sebagian orang. Oleh karena itu,
antibiotik tidak perlu diberikan
apabila tidak disertai radang
maupun demam yang
mengindikasikan adanya infeksi
penyerta oleh bakteri.
Pemberian antibiotik sering tidak
ada gunanya, karena pengobatan
yang lebih dibutuhkan pada flu dan
pilek adalah obat-obat simptomatik
atau pengurang gejala. Misalnya
dekongestan untuk melegakan
tenggorokan, antialergi untuk
bersin-bersin dan pereda batuk jika
diperlukan.
Suplemen multivitamin juga
penting untuk diberikan dalam
kondisi seperti ini, karena bisa
meningkatkan sistem imun atau
kekebalan tubuh. Secara alami,
sistem imun yang sehat dengan
sendirinya akan membentuk
perlawanan terhadap virus flu.
3. Batuk yang tidak disertai
radang
Batuk merupakan mekanisme
alami dalam tubuh untuk
menyingkirkan benda asing dari
saluran pernapasan. Tanpa harus
diobati, umumnya batuk akan
berhenti ketika rangsangan benda
asing itu sudah hilang.
Batuk baru butuh antitusif atau
pereda batuk jika sangat
mengganggu aktivitas dan memicu
radang karena tidak sembuh-
sembuh.
Jenis batuk produktif yang disertai
dahak bahkan tidak boleh
dihentikan, namun perlu diberi
ekspektoran atau pengencer dahak
agar pengeluaran lendir-lendir
tersebut bisa berlangsung lebih
lancar.
4. Diare nonspesifik
Diare dibagi menjadi 2 jenis yakni
diare spesifik dan diare nonspesifik.
Diare spesifik disebabkan oleh
infeksi bakteri, sementara diare
nonspesifik merupakan mekanisme
alami untuk mengeluarkan benda
asing yang dianggap berbahaya
oleh saluran pencernaan.
Diare spesifik ditandai dengan
demam dan didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan
laboratorium. Obat yang perlu
diberikan untuk jenis diare yang
satu ini adalah antibiotik, dengan
jenis dan kekuatan yang
disesuaikan dengan jenis bakteri
dalam hasil pemeriksaan.
Sementara diare nonspesifik yang
terjadi antara lain setelah makan
cabai terlalu banyak, tidak perlu
diobati karena akan sembuh
dengan sendirinya. Selama dirasa
belum terlalu mengganggu
aktivitas, kondisi ini cukup diatasi
dengan oralit untuk mengantisipasi
dehidrasi atau kehilangan cairan
tubuh.
5. Alergi gatal-gatal
Meski beberapa jenis obat
antihistamin atau antialergi bisa
dibeli dengan bebas, bukan berarti
obat ini harus digunakan setiap kali
mengalami gatal-gatal karena
alergi. Reaksi alergi hanya terjadi
jika ada faktor pemicu, sehingga
langkah paling tepat adalah
menghindari hal-hal yang
memicunya.
Obat antihistamin sebaiknya hanya
dikonsumsi jika faktor pemicu
alergi memang tidak terhindarkan,
misalnya cuaca dingin. Jenis-jenis
makanan tertentu jika masih bisa
dihindari maka lebih baik dihindari
saja daripada harus minum obat.
6. Jerawat bintik putih
Banyak yang menawarkan obat-
obatan untuk menghilangkan
jerawat atau Acne vulgaris di
wajah. Padahal selama tidak
disertai infeksi, jerawat biasa yang
sering memiliki bintik putih di
dalamnya akan hilang jika
kebersihan dan kadar minyak di
permukaan kulit selalu terkendali.
Sebagian besar jerawat bisa
disebabkan oleh penyumbatan
kelenjar minyak oleh kotoran
maupun bekas make-up yang tidak
dibersihkan. Fungsi minyak sendiri
adalah menjaga kelembaban kulit
agar tidak kering dan pecah-pecah.
7. Molluscum Contagiosum
Penyakit kulit yang dicirikan dengan
benjolan-benjolan (papulla) bening
dan berair ini disebabkan oleh
infeksi virus dan lebih banyak
menyerang anak-anak
dibandingkan orang dewasa.
Karena ditemukan juga di sekitar
alat kelamin dan bisa menular lewat
kontak langsung, penyakit ini
sering dikira penyakit menular
seksual.
Meski tidak berbahaya, benjolan-
benjolan itu bisa pecah bila
tergores atau digaruk sehingga
membuka pintu untuk terjadinya
infeksi pada bekas luka. Namun
bagi individu dengan sistem
kekebalan tubuh yang baik,
penyakit kulit ini bisa sembuh
sendiri dalam waktu 6-12 bulan.
8. Chikungunya
Penyakit ini disebabkan oleh jenis
virus bernama Alphavirus dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti. Gejalanya antara lain
demam tinggi sampai menggigil
yang disertai rasa ngilu yang
menusuk hingga ke otot dan tulang
sehingga disebut juga flu tulang.
Meski gejalanya sangat parah, virus
yang menyebabkan penyakit ini
tidak dibasmi sehingga obat yang
diberikan hanya untuk mengatasi
gejala seperti diberi penurun panas
untuk mengatasi demamnya.
Untungnya, gejala ini hanya
berlangsung antara 5-10 hari dan
akan sembuh dengan sendirinya.
9. Hand, foot and mouth
disease (HFMD)
Penyakit tangan, kaki dan mulut
disebabkan oleh infeksi berbagai
jenis virus dari keluarga
Picornaviridae terutama
Enterovirus 71 (EV-71). Virus ini
lebih banyak menyerang bayi dan
anak-anak terutama pada musim
panas.
Gejala yang menyertai penyakit ini
adalah demam dan ruam seperti
herpes di sekitar tangan, kaki dan
mulut. Umumnya gejala-gejala
tersebut akan sembuh dengan
sendirinya dalam waktu 7-10 hari
dan tidak meninggalkan bekas
apapun.
10. Kikuchi-Fujimoto disease
Sesuai namanya, penyakit yang
disebabkan oleh virus Epstein-Barr
(EBV) ini ditemukan oleh Dr
Masahiro Kikuchi dan Y Fujimoto
pada tahun 1972. Gejalanya adalah
demam yang disertai
pembengkakan di leher akibat
adanya pelebaran pada pembuluh
limpa.
Penyakit langka yang lebih banyak
ditemukan di wilayah Asia ini
sering menyerang kaum mudah
khususnya wanita pada rentang
usia 20-30 tahun. Obat yang
diberikan hanya bertujuan untuk
mengatasi demam sementara
untuk infeksinya belum ada
obatnya, namun akan sembuh
dengan sendirinya.

AN Uyung Pramudiarja :
detikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar