Jumat, Februari 11, 2011

Teh Mengandung Bakteri Lebih Berkhasiat?

Ketika ada
susu mengandung bakteri,
masyarakat panik karena sedikit
banyak akan berdampak pada
kesehatan. Lain halnya dengan teh
Kombucha yang memang
dicampur bakteri, ramuan ini
malah diklaim lebih berkhasiat
dibanding teh biasa.
Kandungan bakteri dan ragi dalam
teh Kombucha menyebabkan
minuman ini terasa agak asam
karena mengalami fermentasi. Ada
juga yang menyebutnya teh jamur
atau mushroom tea, karena
lempengan yang diseduh
sebenarnya terdiri dari koloni
bakteri dan jamur yang saling
bersimbiosis.
Nama Kambucha diambil dari
seorang dokter asal Korea, Dr
Kombu yang membawa ramuan
tradisional berusia lebih dari 2.000
tahun ini ke Jepang pada abad ke-5.
Ramuan ini jauh-jauh didatangkan
dari China sebagai persembahan
untuk penguasa Jepang saat itu,
Kaisar Ingyoo.
Sejak saat itu, teh Kombucha mulai
dikenal sebagai minuman
kesehatan dan menyebar dengan
cepat ke segala penjuru dunia. Kini
minuman itu sudah populer di
berbagai wilayah termasuk Rusia,
Eropa dan berbagai negara di
benua Asia.
Berbagai klaim bermunculan, ada
yang mengatakan teh Kombucha
bisa menurunkan kadar kolesterol
dan mengobati kanker. Bahkan ada
yang mengoleskannya pada kulit
kepala untuk mengatasi kebotakan
sehingga dijuluki juga sebagai
wonder tonic.
Meski demikian, tidak semua orang
percaya pada khasiatnya. Ahli
penyakit dalam dari Mayo Clinic,
Dr Brent A Bauer termasuk salah
seorang praktisi kesehatan yang
meragukan berbagai klaim tentang
teh Kombucha yang menurutnya
agak berlebihan.
"Hingga saat ini belum ada satupun
uji klinis pada manusia yang
membuktikan manfaat teh
Kombucha. Bukan berarti tidak ada
manfaatnya, tapi untuk saat ini
berbagai klaim itu belum punya
dasar ilmiah," ungkapnya seperti
dikutip dari MSN Health, Kamis
(10/2/2011).
Jangankan bermanfaat, Centers for
Disease Control and Prevention di
Amerika Serikat justru pernah
melaporkan adanya korban
keracunan teh kombucha. Pada
April 1995, 2 wanita masuk rumah
sakit akibat asidosis atau kelebihan
asam dalam cairan tubuh.
Kedua korban mengkonsumsi teh
tersebut secara rutin setiap hari,
sejak 2 bulan sebelumnya. Salah
satu di antara kedua pasien itu
akhirnya tewas, sementara yang
satu lagi dapat diselamatkan meski
dalam perawatan jantungnya
sempat berhenti.
Asidosis metabolik atau
meningkatnya tingkat keasaman
dalam cairan tubuh merupakan
salah satu efek samping teh
Kombucha. Efek samping lainnya
yang pernah dilaporkan adalah
keracunan dan kerusakan hati
karena dipaksa sbekerja lebih keras
untuk memetabolisme asam.
Meski begitu belum pernah ada
himbauan dari pihak terkait untuk
tidak meminum teh Kombucha.
Food and Drug Administration di
Amerika hanya mengimbau agar
teh ini diminum dalam jumlah
wajar, kira-kira tidak lebih dari 4
ounce (120 mL) perhari.

AN Uyung Pramudiarja :
detikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar