Artikel Unggulan

Tritangtu di Buana: Filosofi Sunda tentang Keseimbangan Alam, Manusia, dan Ketuhanan

Tritangtu di Buana: Filosofi Sunda tentang Keseimbangan Alam, Manusia, dan Ketuhanan


1. Pengertian Tritangtu di Buana


Tritangtu di Buana adalah konsep kosmologi Sunda kuno yang menjelaskan keseimbangan tiga dunia: dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah. Kata tritangtu berarti tiga kesatuan, sementara buana berarti dunia. Filosofi ini mengajarkan bahwa kehidupan hanya bisa berjalan harmonis bila manusia menjaga keseimbangan dengan alam dan Sang Hyang Kersa.


2. Tiga Lapisan Dunia dalam Tritangtu


1. Buana Nyungcung → dunia atas, tempat Sang Hyang Kersa (Yang Maha Kuasa).



2. Buana Panca Tengah → dunia tengah, tempat manusia menjalani kehidupan.



3. Buana Larang → dunia bawah, yang penuh penderitaan dan energi negatif.




3. Makna Filosofis


Manusia sebagai penghuni Buana Tengah wajib menjaga harmoni dengan dunia atas (spiritual) dan dunia bawah (alam, leluhur, energi gaib).


Keseimbangan ini menjadi kunci agar manusia tidak jatuh pada keserakahan dan tetap hidup selaras dengan alam.



4. Penerapan dalam Kehidupan Sosial


Konsep tritangtu juga menjadi dasar dalam sistem pemerintahan Sunda kuno, disebut Tritangtu di Nagara:


Rsi → menjaga agama dan moral.


Ratu → pemimpin negara dan pemerintahan.


Rama → tetua adat dan masyarakat.



Ketiga unsur ini harus berjalan seimbang agar kehidupan rakyat teratur dan negara makmur.


5. Relevansi Tritangtu di Buana Masa Kini


Walau berasal dari ajaran leluhur, Tritangtu di Buana tetap relevan dalam kehidupan modern. Filosofi ini mengingatkan kita untuk menjaga harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas, sehingga tercipta kehidupan yang damai, seimbang, dan berkelanjutan.