Minggu, Februari 13, 2011

Cheng Ho Arungi Samudra Karena Cerita Makkah

Jauh sebelum
bangsa-bangsa di dunia mengenal
konsep globalisasi, China sudah
lebih dulu melakukan hubungan
antarnegara yang saling
menguntungkan. Armada laut China
menjelajah ke berbagai belahan
bumi untuk menjalankan misi
perdamaian (persaudaraan) dan
untuk berdagang.
Saat itu, China terkenal dengan sutra
dewangga dengan sulaman
emasnya, keramik, serta peralatan
rumahtangga lain yang bermutu
tinggi. Sedangkan pulangnya, China
membawa rempah-rempah dan
bahan mentah yang sangat
dibutuhkan negeri China.
Armada terbesar China dan bahkan
terbesar dalam sejarah pelayaran
umat manusia adalah armada yang
dipimpin Cheng Ho atau Zheng He.
Tak kurang dari 200 kapal, baik yang
berukuran besar, sedang, maupun
kecil, menyertai pelayaran Cheng Ho
ke Samudra Barat. Awak kapal yang
dibawa sekitar 27.800 orang.
Konstruksi kapal begitu besarnya
sehingga para pakar menganggap
cerita itu hanya mitos belaka. Pada
tahun 1962, dari parit berlumpur di
tepi Selatan Sungai Yangtze di
Nanjing, para pekerja mengangkat
balok kayu sepanjang 11 meter.
Balok itu tempat sepasang kemudi
pengendali kapal Cheng Ho. Cibiran
para pakar pun berubah menjadi
kekaguman. Dengan
membandingkan tempat kemudi itu,
diperkirakan kemudi pengendali
(rudder) kapal sebesar 42 meter
persegi. Cukup besar untuk
membayangkan baochuan atau
'Kapal Harta', kapal legendaris dalam
barisan kapal Dinasti Ming itu.
Cheng Ho adalah seorang Muslim,
terlahir dengan nama Ma He. Ia
dibesarkan dalam keluarga yang taat
beribadah. Ayahnya, Ma Ha-zhi,
pernah melaksanakan ibadah haji
(Ha Zhi merupakan terjemahan dari
'haji'). Dari ayah dan kakeknya
(kakeknya juga pernah berhaji], Ma
He sering mendengar cerita-cerita
perjalanan ke Makkah. Cerita-cerita
itu mendorong keinginan Ma He
untuk pergi ke negeri-negeri yang
jauh.
Keinginannya itu terwujud setelah
dipercaya menjadi Laksamana
Armada Laut Dinasti Ming ketika
diperintah Kaisar Zhu De. Ia pun
mendapat gelar bangsawan,
'Zheng', sehingga namanya berubah
menjadi Zheng He. Laksamana
Zheng He menjalankan misinya
selama 28 tahun (1405 - 1433).
Armadanya menjelajah Asia-Afrika,
termasuk ke Indonesia.
Selain untuk perdamaian dan
perdagangan, Cheng Ho bersama
awak kapalnya yang Muslim,
mengajarkan Islam kepada
masyarakat di wilayah yang
disinggahi. Cheng Ho juga
memunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan Islam di
Nusantara. Buya Hamka pernah
menuliskan, "Suatu nama Muslim
dari China yang amat erat sangkut
pautnya dengan kemajuan Islam di
Indonesia dan tanah Melayu adalah
Laksamana Zheng He." (imam) –
foto: google.com
Sumber:
1. National Geographic, Edisi Juli
2005
2. Sam Po Kong dan Indonesia, Prof
Madya Kong Yuan Zhi
(Artikel ini merupakan kerjasama
dengan www.alifmagz.com)

Alifmagz : detikRamadan
detikcom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar