Senin, Februari 28, 2011

Maulana Muhammad, Sultan Banten III

Sepeninggal Maulana Yusuf, pemerintahan Banten di pegang oleh Maulana Muhammad sebagai Sultan Banten ke tiga yang memerintah dari tahun 1580 - 1596. Maulana Muhammad bergelar Kanjeng Ratu Banten Surosowan.
Keadaan Banten pada masa Maulana Muhammad ini dapat diketahui dari kesaksian Willem Lodewycksz yang mengikuti perjalanan Cornelis de Houtman yang mendarat di pelabuhan Banten pada tahun 1596.
Peristiwa yang menonjol pada masa pemerintahan Maulana Muhammad adalah peristiwa penyerbuan ke Palembang. Kejadian ini bermula dari hasutan Pangeran Mas yang ingin menjadi raja di Palembang (Hamka, 1982:78-84). Pangeran Mas adalah putra dari Aria Pangiri. Dan Aria Pangiri adalah putra dari Sunan Prawoto atau Pangeran Mu'min. Aria Pangiri tersisih dua kali dari haknya menjadi raja di Demak, dan terakhir karena ketahuan hendak melepaskan diri dari kuasa Mataram, Sutawijaya hendak membunuhnya, akan tetapi atas bujukan istrinya hal itu tidak dilakukannya setelah Aria Pangiri berjanji tidak akan kembali ke daerah Mataram untuk selamanya. Akhirnya dia menetap di Banten sampai meninggalnya. Cita-cita Aria Pangiri untuk menjadi raja walaupun bukan di Mataram ataupun di Banten diteruskan oleh anaknya Pangeran Mas.
Maulana Muhammad yang masih muda dan penuh semangat untuk memakmurkan Banten dan mengembangkan Islam ke seluruh Nusantara dihasutnya. Dikatakan bahwa Palembang dulunya adalah daerah kekuasaan ayahnya sewaktu menjadi sultan Demak, kemudian membangkang dan melepaskan diri. Disamping itu dikatakan bahwa sebagian besar rakyatnya masih kafir, sehingga perlulah Banten menyerang ke sana untuk menyebarkan agama Islam. Kalaulah Palembang dapat dijadikan daerah taklukan Banten, maka hasil ladanya dapat digunakan untuk kemakmuran Kesultanan Banten. { Kerajaan Palembang didirikan oleh seorang ponggawa Majapahit yang bernama Gedeng Sura. Majapahit pun hancur dan digantikan Demak. Setelah Sultan Trenggono wafat, maka yang berhak menggantikannya adalah Sunan Prawoto anak sulungnya. Tapi Sunan Prawoto pun dibunuh oleh Aria Penansang, yang akhirnya Aria Penansang dibunuh pula oleh Sutawijaya atas perintah Adiwijoyo dari Pajang. Para Pembesar Demak memilih Aria Pangiri menjadi Sultan Demak. Tapi hal ini tidak berlangsung lama, karena Adiwijoyo merebut pemerintahan dan ibu kota dipindahkan ke Pajang. Kota Demak hanya dijadikan kota kabupaten saja. Selanjutnya Pajang pun hancur dan digantikan Mataram dengan Sutawijaya sebagai rajanya}. Demikianlah hasutan Pangeran Mas kepada Maulana Muhammad.
Terdorong oleh darah muda dan juga pandainya Pangeran Mas membujuk, akhirnya Sultan pun dapat dipengaruhinya. Saran dari Mangkubumi dan pembesar istana lainnya pun tidak diindahkannya, sehingga akhirnya Diaturlah pasukan untuk mengadakan penyerbuan ke Palembang.
Dengan 200 kapal perang, maka berangkatlah pasukan Banten yang langsung dipimpin oleh Sultan Muhammad didampingi Mangkubumi dan Pangeran Mas. Lampung, Seputih, dan Semangka diperintahkan untuk mengerahkan tentaranya menyerang dari darat. Maka terjadilah pertempuran hebat di sungai Musi sampai berhari-hari. Akhirnya pasukan Palembang dapat dipukul mundur. Tapi dalam keadaan yang hampir berhasil itu, sultan yang memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri tertembak yang mengakibatkan kematian beliau. Penyerangan tidak dilanjutkan, pasukan Banten pun kembali tanpa mendapat hasil (Djayadiningrat, 1983:41-42 dan Hamka, 1982:74-84).
Peristiwa gugurnya Maulana Muhammad ini terjadi menurut sangsakala "Prabu lepas tataning prang" atau tahun 1596 M (Djayadiningrat, 1983:168).
Adapun Pangeran Mas, diceritakan bahwa setelah pulang dari Palembang, dia tidak berani menetap lama di Banten. Rakyat Banten menganggap bahwa dialah penyebab kematian sultan. Akhirnya dia pun pergi ke Pangeran Ancol di Jayakarta untuk bisa menetap disana. Tetapi di Jayakarta pun dia tidak disenangi, akhirnya di suatu malam didapati Pangeran Mas dibunuh oleh anak kandungnya sendiri (Hamka, 1982:84).
Maulana Muhammad meninggal dalam usia yang sangat muda kira-kira 25 tahun. Beliau meninggalkan seorang anak yang baru berusia 5 bulan dari permaisuri Ratu Wanagiri, putri dari Mangkubumi. Anak inilah yang kemudian menggantika kepala pemerintahan di Banten. Sepeninggalnya, Maulana Muhammad diberi gelar Pangeran Seda Ing Palembang atau Pangeran Seda Ing Rana dan dikucurkan di serambi Masjid Agung. (Djayadiningrat, 1983:169).

Sumber : Catatan Masa Lalu Banten.
Oleh : Drs. Halwany Michrob MSc. dan Drs. A. Mudjahid Chudari

1 komentar: