Minggu, Februari 13, 2011

Memperkenalkan Keteladanan Nabi Muhammad Saw

"Sungguh
pada diri Rasulullah itu teladan yang
baik bagi kamu..." (QS al-Ahzab (33):
21])
Rani paham bahwa sebagai seorang
Muslim, sudah sepantasnyalah ia
mengidolakan Rasulullah. Ia ingin
kedua putra-putrinya pun
mengidolakan manusia yang dipilih
Allah untuk menjadi teladan bagi
seluruh makhluk ini. Karenanya ia
mulai memperkenalkan sosok
Rasulullah pada kedua putra-
putrinya tersebut sejak balita melalui
cerita-cerita yang rajin ia
dongengkan kepada kedua buah
hatinya tersebut.
Namun Rani lupa bahwa cerita-cerita
mengenai Rasulullah hanyalah
sebagai dongeng belaka bagi kedua
anaknya, jika sebagai seorang ibu, ia
tidak menjadikan Nabi Saw sebagai
panutan bagi dirinya sendiri. Tiap
hari dicekokinya si kecil dengan
dongeng-dongeng Nabi, namun
Rani sendiri kurang menghayati dan
mengaplikasikan ajaran Nabi Allah
tersebut dalam kehidupan sehari-
hari.
Jika begini, anjuran untuk mencintai
Nabi Saw atau mengikuti semua
ajarannya menjadi 'pepesan kosong'
bagi si kecil. Apalagi jika mereka
tidak melihat sendiri contoh nyata di
sekitar mereka. Mengapa? Karena
bagi anak, terutama yang masih
balita, sosok Rasulullah lebih sulit
dijangkau dibanding dengan sosok
yang selalu ada di sekitar mereka,
seperti kedua orangtuanya. Tentu
sulit bagi mereka untuk meneladani
perilaku Nabi Allah tersebut, tak
semudah meniru perilaku kedua
orangtuanya yang selalu ada di
dekat mereka.
Lalu bagaimana untuk
memperkenalkan sosok yang luar
biasa ini pada si kecil sehingga
mereka dapat mengikuti teladannya.
Caranya antara lain: Sebagai
orangtua, cobalah untuk memahami
dan menghayati kisah atau ajaran
yang disampaikan oleh Rasulullah
Saw serta mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Cobalah untuk mewujudkan
perasaan cinta yang tulus pada
sosok Nabi Allah ini. Menurut
sebuah penelitian mirror neuron
mengungkapkan bahwa seorang
anak sejak bayi tak hanya
mengimitasi ekspresi serta perilaku
sang ibu, namun juga bisa
merasakan emosi yang dirasakan
sang ibu (Dr Stephen Briers dalam
buku Superpowers for Parents).
Karenanya, bukan tidak mungkin
rasa cinta yang tulus dirasakan
orangtua terhadap sosok Nabi Saw
juga dapat ditangkap si kecil dan
membuatnya menumbuhkan
perasaan yang sama terhadap
sosok yang luar biasa ini. Coba
untuk lebih berhati-hati dalam
bertingkah laku, jika tidak ingin
perilaku tersebut ditiru mentah-
mentah oleh si kecil. Berpikir
panjang sebelum mengambil suatu
tindakan sangat dianjurkan.
Tentu saja menceritakan si kecil
dengan cerita-cerita tentang Nabi
Saw dapat diterapkan. Cerita-cerita
ini dapat dipilih dan disesuaikan
dengan usia dan kemampuan si
kecil untuk memahaminya.
Sesuaikan kisah Nabi Saw dengan
persoalan yang ditemui si kecil di
dunia nyata. Misalnya ketika
membawa si kecil berkunjung ke
panti asuhan, maka Anda dapat
menceritakan kisah Nabi
Muhammad Saw yang juga
seorang yatim piatu, namun beliau
tegar dalam menghadapi kenyataan
tersebut. Atau ketika mengajarkan si
kecil untuk menyayangi binatang
dengan contoh kisah Nabi Saw yang
juga menjadi penyayang binatang.
Melengkapi koleksi buku si kecil
dengan buku-buku mengenai kisah
Nabi Saw. Tentu saja sesuaikan jenis
buku dengan usia dan kemampuan
si kecil. Mengajak si kecil ikut dalam
acara Maulid Nabi, misalnya
mengikuti tabligh akbar atau
perlombaan-perlombaan di sekolah
yang biasa digelar untuk
memperingati hari lahirnya Nabi
Muhammad Saw. (esthi nimita) –
ilustrasi: viky
Bahan: Superpowers for Parents -
Dr. Stephen Briers dan berbagai
sumber.
(Artikel ini merupakan kerjasama
dengan www.alifmagz.com)

Alifmagz : detikRamadan
detikcom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar